Pasar Modal AS Bergairah, Kok Bursa Asia Merana?

Berita43 Dilihat

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau melemah pada awal perdagangan Kamis (16/11/2023), ketika para investor mencerna diskusi tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.

Per pukul 08:47 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,41%, Hang Seng Hong Kong ambles 1%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,31%, Straits Times Singapura terpangkas 0,76%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,34%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,09%.

Dari Jepang, data neraca perdagangan periode Oktober 2023 resmi dirilis hari ini. Adapun neraca perdagangan Jepang pada bulan lalu mengalami defisit sebesar 662,5 miliar yen, dari sebelumnya yang surplus 72,1 miliar yen pada September lalu.

Tak hanya itu saja, penurunan juga terjadi di ekspor Jepang, namun impor Jepang mengalami perbaikan. Ekspor Negeri Sakura pada bulan lalu turun menjadi 1,6%, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 4,3%.

Turunnya ekspor Jepang disebabkan karena melemahnya permintaan eksternal dan berdampak buruk pada perekonomian yang bergantung pada perdagangan.

Ekspor yang lemah telah mempersulit upaya Jepang untuk memacu pertumbuhan ekonomi karena lesunya permintaan domestik membebani pemulihan pascapandemi.

Berdasarkan tujuan, ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang turun 4,0% (year-on-year/yoy) di Oktober, mencatat penurunan selama 11 bulan berturut-turut.

Sedangkan ekspor ke AS, sekutu utama Jepang, naik 8,4% pada tahun ini hingga Oktober, karena permintaan kendaraan hibrida serta mesin pertambangan dan konstruksi membantu mendorong nilai pengiriman ke AS ke rekor terbesarnya.

Meski ekspor turun, tetapi impor Jepang mengalami sedikit perbaikan pada bulan lalu, yakni kontraksi 12,5%, dari sebelumnya pada September yang berkontraksi 16,6%.

Baca Juga  HMSP Raih Best Indonesian Company with MSMES Development

Sementara itu, Biden dan Xi bertemu kemarin di luar San Francisco dalam pertemuan tatap muka pertama mereka dalam setahun terakhir.

Pembicaraan tersebut dilakukan di sela-sela konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik dan merupakan bagian dari upaya antara AS dan China untuk meningkatkan komunikasi tingkat tinggi di tengah ketegangan yang terus berlanjut.

Sinyal niat baik antar negara telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Beberapa jam sebelum pertemuan puncak yang direncanakan, AS dan China menegaskan kembali komitmen mereka untuk bekerja sama dalam masalah iklim.

Xi Jinping tiba di AS pada Selasa waktu setempat. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Negeri Paman Sam sejak 2017, ketika ia mengunjungi Presiden Donald Trump di klub Mar-a-Lago di Florida.

Terakhir kali Xi Jinping bertemu Biden secara langsung adalah di resor pulau Bali di Indonesia pada November 2022 pada perhelatan KTT G20. Itu adalah pertemuan pertama Biden dengan pemimpin China tersebut sebagai presiden Amerika.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah kembali menguatnya bursa saham AS, Wall Street kemarin, meski penguatannya cenderung terpangkas

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmenguat 0,47%, S&P 500 bertambah 0,16%, dan Nasdaq Composite ditutup naik tipis 0,07%.

Sebelumnya, saham-saham menguat pada perdagangan Selasa lalu setelah pembacaan inflasi konsumen (consumer price index/CPI) yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan optimisme bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin dapat menghindari kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Data menunjukkan bahwa CPI AS tidak berubah pada Oktober lalu di tengah rendahnya harga bensin dan inflasi menunjukkan tanda-tanda melambat.

Data CPI AS pada bulan lalu melandai menjadi 3,2%, dibandingkan 3,7% pada periode September 2023. Angka ini bahkan lebih rendah dari ekspektasi pasar di 3,3%.

Baca Juga  Backlog Rumah 12,7 Juta Unit, PUPR Minta Kredit Disesuaikan untuk Milenial dan YouTuber : Okezone Economy

Kemudian pada Rabu kemarin, Wall Street kompak menguat kembali, didorong dari rilisnya data inflasi produsen (producer price index/PPI) AS yang turun 0,5% pada Oktober, dari September sebesar 0,4%, menurut Departemen Tenaga Kerja.

Ini menjadi penurunan pertama sejak Mei lalu dan terbesar sejak April 2020. Secara tahunan (year-on-year/yoy), PPI naik 1,3% dari Oktober 2022, turun dari 2,2% di September dan kenaikan terkecil sejak Juli.

Hal ini membuat pasar semakin optimis bahwa The Fed dapat merubah sikapnya mejadi lebih dovish. Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember mendatang. S

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan kemungkinan 100% bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Desember mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Koreksi, IHSG Bisa Beda Sendiri?

(chd/chd)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *